Tuesday, September 23, 2014

Voiceless Teaching

Remember that badge from "Eat, Pray Love" movie? I think I need that one.
Musim pancaroba. Flu. Angin malam. Terlalu semangat mengajar. Saya tidak tahu faktor mana yang paling mempengaruhi pada kondisi saya hari ini, namun yang pasti, mereka semua berpartisipasi dalam kasus ini: Penculikan suara milik Ibu Vicky!

http://eemoticons.net 

Setelah mengajar non-stop dari jam 13 sampai 18 dalam kondisi tenggorokan yang tidak sehat, ternyata di hari kedua setelah 'konser' suara saya berubah melengking. Awalnya berasa seksi, mirip-mirip suara Dewi Perssik yang lagi manja. Lama-lama, suaranya makin melemah dan keesokan harinya, saya bangun dengan suara yang sama sekali hilang (!)

Dari situ, saya baru menyadari bahwa kesehatan tenggorokan adalah hal yang paling penting bagi seorang guru. Terkadang, kita menyadari sesuatu yang berharga justru ketika sesuatu itu sedang tidak ada. :')
Sampai hari ini, saya datang ke sekolah dengan kondisi tubuh yang fit, tapi tanpa suara. Kepala sekolah bahkan menunda jadwal supervisinya. But show must go on! Sebentar lagi siswa harus menghadapi UTS dan maih ada pembelajaran yang harus dilakukan sebelum UTS tiba. Akhirnya, saya tetap masuk kelas. Voiceless teaching.

Mulanya, saya menugaskan beberapa siswa untuk jadi "tim sukses". Mereka harus tahu kondisi saya, mengumumkan pada teman sekelasnya, dan menjalani amanah untuk mengontrol masing-masing kelompok belajarnya. Untungnya, KBM hari ini adalah untuk melanjutkan drama minggu lalu. Kemudian, KBM dilanjutkan dengan diskusi mengenai penyebab dan cara mengatasi pengangguran. Saya hanya memberi sedikit direction untuk siswa. Beberapa dibantu dengan bahasa isyarat (beberapa tak kuat menahan tawa, saya sendiri geli memeragakan bahasa isyarat di depan kelas). Namun akhirnya, hari ini berlalu dengan lancar, meski mungkin kurang efektif.

Satu hal, teachers: jaga kondisi, karena tubuhmu, suaramu, pikirmu, idemu dibutuhkan ratusan siswamu. Guru, bukan lagi manusia yang bekerja demi dirinya sendiri. Mereka bekerja untuk manusia yang lain.

Doakan saya cepat sembuh, ya. :')

Wednesday, September 17, 2014

Oh, Drama!

Minggu ini, pembahasan tentang ketenagakerjaan menginjak pada subbab mengenai jenis-jenis pengangguran. Bab yang satu ini memang unik, salah satu rekan guru saya (yang mengajar di bidang IPA) bahkan sempat bercanda dengan setengah kaget; "Hah?! Pengangguran juga dipelajari, ya?!" Begitu katanya..

Pengangguran adalah salah satu masalah Ekonomi Makro. Banyaknya pengangguran menyebabkan produksi agregat menurun, dan hal ini akan menyebabkan pendapatan perkapita menjadi kecil. Sudah menjadi kewajiban bagi kita semua untuk mengetahui hal apa saja yang menyebabkan pengangguran, dan bagaimana cara mengatasinya.

Pengangguran terdiri dari 5 jenis yang berbeda berdasarkan penyebabnya, yaitu: Pengangguran Struktural, Konjuntural, Musiman, Friksional, dan Teknologi. (Saya biasa menyingkatnya SKM Fri Tek) Dengan penyampaian metode ceramah biasa, tentu tidak akan membuat pengajaran menjadi mengasyikan. Oleh karena itu, saya menugaskan siswa untuk membuat drama.

Pertama, saya membagi kelas menjadi lima kelompok. Lalu, saya mengundi tiap kelompok untuk mendapatkan jenis-jenis pengangguran yang berbeda. Sebelumnya, saya sudah mempersiapkan kertas undian lengkap dengan penjelasan pengangguran yang berbeda.



Setelah diundi, tiap-tiap kelompok diberi waktu untuk berdiskusi. Mereka membagi peran dan menyusun dialog. Beberapa sangat kaget ketika saya bilang mereka harus mementaskannya di kelas pada hari yang sama, masih pada jam KBM yang sama. Namun yang lain terlihat sangat antusias.

Alhasil, dari 5 kelompok, hanya 2-3 kelompok yang bisa langsung pentas di setiap kelasnya. Saya cukup dikejutkan dengan kemampuan akting siswa yang jenaka, serta kekompakan mereka dalam menyusun dan menampilkan cerita.

Salah satu yang paling menguras tawa adalah ketika siswa mementaskan drama mengenai pengangguran teknologi. Dalam drama ini, bahkan ada siswa yang mendapat peran sebagai mesin. 😁 Tak kalah lucunya, seorang siswa yang mendapat peran sebagai boss, mendadak lupa skenario dan harus mengintip skrip. Saking nervousnya, ia malah membaca skrip milik narator. Maka ditengah dialog seorang boss yang sedang memecat pegawanya, ia malah membaca "Pada suatu hari... eh?" dan seluruh kelas terpingkal.



Setelah menyaksikan setiap pentas drama, audience diminta untuk membuat tabel ringkasan mengenai apa penyebab utama dari setiap jenis pengangguran tersebut. Kemudian nantinya, setiap kelompok akan ditugaskan untuk mendiskusikan cara mengatasinya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...