Wednesday, October 29, 2014

When You Missing Something...

"You will know the value of something when it's become memory"

I think this quote is super true. Because when I saw this pic, I feel something missing..


(Photo taken from ms_rico_'s instagram)

Yep, making lesson plans is one of the very hectic job as a teacher. Sometimes, I can't sleep well for two weeks doing this administrative things. I usually grumbling when I do this job. But now, when I'm not having responsibility to make this things anymore, I feel that I miss it.

Thinking for 'what learning methods will we use? 'and 'what materials do I need?' sometimes can be very fun! And yes, teacher always hope that the class lessons or projects can be an awesome memory to the students.

I miss class teaching. With all the lesson plan jobs.
For now.
:p

Sunday, October 12, 2014

First and Very Basic Education


Saat sedang randomly scrolling newsfeed di Facebook, saya melihat share video ini. Ibu saya baru saja menceritakannya beberapa jam yang lalu, jadi saya tak perlu klik tautannya untuk melihat apa isinya.

"Anak SD, di sekolah disiksa, malahan sambil loncat, dia ditendang dan ditinggang (dipukul). Teman-teman yang lainnya hanya diam dan nonton saja"
Hatiku teriris. Sekolah, harusnya jadi tempat membentuk akhlak, perilaku baik. Mencoba tetap tenang, saya bilang "Kebanyakan nonton film action tuh, anaknya."

Beberapa bulan lalu, dunia maya digegerkan dengan ulah anak SMP yang belajar 'anatomi tubuh'. Dengan kalemnya, siswa laki-laki menggerayangi siswa perempuan, di kelas, ditonton banyak temannya. Sebelumnya, saya masih ingat berita koran yang memberitakan seorang siswa SMA mogok masuk sekolah, bahkan menuntut gurunya gara-gara gurunya memberi hukuman berupa 'potong rambut gratis'. Ini hukuman yang wajar diberikan ketika setelah berkali diingatkan, siswa tidak juga mengikuti kedisiplinan sekolah mengenai penampilan, termasuk rambut.

Saya tak habis pikir. Beberapa orang menyalahkan sekolah dan guru dalam berbagai kasus tersebut. Mungkin ini terdengar seperti pembelaan bagi saya yang seorang guru. Tapi, bukankah sekolah dan guru adalah penunjang? Pendidikan setiap anak dimulai di tempat ia dilahirkan, diajari berbicara dan berjalan. Etika dasar seperti "Jangan menyakiti orang lain", "Berbuat baik pada teman", "bersikaplah sopan" adalah bekal wajib yang harus dibawa siswa ke sekolah, dari rumahnya masing-masing. Tentu saja, guru dan sekolah akan terus mematri etika-etika tersebut agar tak pernah dilupakannya hingga dewasa. Namun, jangan pernah lupa bahwa pendidikan dari orang tua adalah dasarnya.

Kami menyampaikan kebaikan, tapi apa daya jika di rumah ia disuguhkan kekerasan dan itu biasa baginya?
Kami menganjurkan menunda pacaran di usia sekolah, tapi ada daya jika bahkan orangtua pun memperbolehkannya?
Kami mendisiplinkan, tapi apa daya jika tindak tegas kami hanya dianggap kekerasan?

Pendidikan adalah kerjasama, antara edukasi sekolah dan edukasi dasar di rumah. Ini uga yang harus dipahami bagi setiap orangtua dan calon orang tua.

Thursday, October 2, 2014

Last Day at School



Our First (and last) pic

Kemarin, tanggal 30 September 2014 adalah hari terakhir saya mengajar di sekolah tempat saya mengabdi. Terlalu banyak pertanyaan "kenapa", tapi sebenarnya saya sendiri sulit mengungkapkan alasannya dalam bentuk kata-kata.

Sekolah ini bagus, berpotensi baik, dengan anak-anak yang menyenangkan. Sekolah ini adalah inspirasi utama saya dalam menulis blog ini. Lalu, kenapa?

This empty teacher room always makes me comfortable <3
Hidup adalah pilihan. Kita hanya punya 24 jam dalam satu hari. Menurut ilmu ekonomi, ada yang disebut dengan problem of choices. Ketika manusia dihadapkan dengan pilihan, banyak hal yang dipertimbangkan, kemudian salah satunya harus dikorbankan. Mengajar adalah jiwa saya. Namun, masih banyak mimpi dan masih banyak jalan yang harus ditekuni.

Saya mempersiapkan kata-kata perpisahan jauh sebelum hari itu. Saat harinya tiba, rasanya cukup menyesakkan. Saya mengajar dengan mata yang lebih awas; saya tekuni wajah siswa satu persatu. Saya merasa perpisahan ini akan berlangsung biasa; perpisahan di sekolah selalu terjadi. Anak-anak tumbuh, besar, naik kelas, lulus, dan lupa pada gurunya. Pilihannya hanya dua: meninggalkan atau ditinggalkan. Jadi, tidak akan ada yang spesial di hari pengumuman ini, saya pikir.

Reaksi anak-anak saat mendengar bahwa saat itu adalah hari terakhir saya cukup mengejutkan. Mereka ber "HAAAAAAAAAHHHH...???" Panjang dan keras. Saya hanya nyengir, sambil melanjutkan beberapa wejangan saya agar mereka tetap semangat dan rajin belajar. Detik selanjutnya tidak akan pernah saya lupakan. Salah satu siswa menunduk terdiam, dan tak butuh waktu banyak untuk tahu bahwa ia menahan tangis. Dua-tiga siswa perempuan lainnya ikut menangis. Saya tak pernah menyangka akan membuat mereka sesedih ini. Hari itu adalah kali pertama saya belajar tegar. Sebelumnya, saya adalah pengobral air mata. Di depan siswa, saya harus kuat. Meyakinkan mereka untuk juga tegar.

Bendungan air mata saya terlatih. Saya tak menangis. Saya bahagia. Di hari terakhir saya mengajar, saya tahu bahwa cinta saya pada mereka selama ini telah sampai. Tidak hanya di telinga, di mata, atau di otak. Tapi di hati. Menit terakhir, saya bergiliran memeluk siswa perempuan dan menepuk pundak siswa laki-laki.

Saya akan merindukan mereka. Dan sekolah ini.

Sekolah mana lagi yang punya pemandangan seperti ini setiap musim panen? :D

Sekolah selalu memiliki dua keadaan yang sangat berbeda: sangat ramai atau sangat sepi.



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...