Showing posts with label classrom. Show all posts
Showing posts with label classrom. Show all posts

Thursday, October 2, 2014

Last Day at School



Our First (and last) pic

Kemarin, tanggal 30 September 2014 adalah hari terakhir saya mengajar di sekolah tempat saya mengabdi. Terlalu banyak pertanyaan "kenapa", tapi sebenarnya saya sendiri sulit mengungkapkan alasannya dalam bentuk kata-kata.

Sekolah ini bagus, berpotensi baik, dengan anak-anak yang menyenangkan. Sekolah ini adalah inspirasi utama saya dalam menulis blog ini. Lalu, kenapa?

This empty teacher room always makes me comfortable <3
Hidup adalah pilihan. Kita hanya punya 24 jam dalam satu hari. Menurut ilmu ekonomi, ada yang disebut dengan problem of choices. Ketika manusia dihadapkan dengan pilihan, banyak hal yang dipertimbangkan, kemudian salah satunya harus dikorbankan. Mengajar adalah jiwa saya. Namun, masih banyak mimpi dan masih banyak jalan yang harus ditekuni.

Saya mempersiapkan kata-kata perpisahan jauh sebelum hari itu. Saat harinya tiba, rasanya cukup menyesakkan. Saya mengajar dengan mata yang lebih awas; saya tekuni wajah siswa satu persatu. Saya merasa perpisahan ini akan berlangsung biasa; perpisahan di sekolah selalu terjadi. Anak-anak tumbuh, besar, naik kelas, lulus, dan lupa pada gurunya. Pilihannya hanya dua: meninggalkan atau ditinggalkan. Jadi, tidak akan ada yang spesial di hari pengumuman ini, saya pikir.

Reaksi anak-anak saat mendengar bahwa saat itu adalah hari terakhir saya cukup mengejutkan. Mereka ber "HAAAAAAAAAHHHH...???" Panjang dan keras. Saya hanya nyengir, sambil melanjutkan beberapa wejangan saya agar mereka tetap semangat dan rajin belajar. Detik selanjutnya tidak akan pernah saya lupakan. Salah satu siswa menunduk terdiam, dan tak butuh waktu banyak untuk tahu bahwa ia menahan tangis. Dua-tiga siswa perempuan lainnya ikut menangis. Saya tak pernah menyangka akan membuat mereka sesedih ini. Hari itu adalah kali pertama saya belajar tegar. Sebelumnya, saya adalah pengobral air mata. Di depan siswa, saya harus kuat. Meyakinkan mereka untuk juga tegar.

Bendungan air mata saya terlatih. Saya tak menangis. Saya bahagia. Di hari terakhir saya mengajar, saya tahu bahwa cinta saya pada mereka selama ini telah sampai. Tidak hanya di telinga, di mata, atau di otak. Tapi di hati. Menit terakhir, saya bergiliran memeluk siswa perempuan dan menepuk pundak siswa laki-laki.

Saya akan merindukan mereka. Dan sekolah ini.

Sekolah mana lagi yang punya pemandangan seperti ini setiap musim panen? :D

Sekolah selalu memiliki dua keadaan yang sangat berbeda: sangat ramai atau sangat sepi.



Saturday, August 23, 2014

Class Laughter #2

Di tempat kerja kedua saya--bimbingan belajar informal--selalu ada rekrutmen rutin dan kami biasanya ditugaskan untuk mengetes guru baru di tahap microteaching. Pada tahap ini, guru-guru lama bertingkah seperti siswa, tak sedikit yang meniru tingkah siswa yang suka membuat onar di kelas. Tujuannya, untuk melihat kemampuan guru baru dalam mengendalikan kelas.

Guru Baru: Nah jadi, rumus untuk menyelesaikan soal ini adalah...
Guru Lama1: Pak..! Si A malah mainin handphone!
Guru Baru : Jangan main handphone ya, nak.. kan sedang belajar.
Guru Lama2: Kata siapa gak boleh main handphone?
Guru Baru: Kata saya...
Guru Lama2: Main handphone mah boleh, pak. Yang nggak boleh mainin hati bapak.. :3
*kemudian salting*

Sunday, May 11, 2014

The Pre-Test Effect

Minggu ini, materi di kelas Ekonomi adalah materi yang sangat umum dan tidak asing; mengenai Uang dan Bank. Saya berfikir, menjelaskan di depan kelas tentang uang dan bank hanya akan membuat siswa bosan, karena masing-masing siswa sudah memiliki deskripsi masing-masing mengenai apa itu uang dan bank.

Oleh karena itu, saya menggunakan metode pre-test. Tanpa menjelaskan sedikitpun teori-teori uang dan bank, saya ingin tau sejauh mana pengetahuan mereka tentang hal-hal tersebut. 

7 pertanyaan dasar mengenai uang dan bank saya lontarkan, dan harus dijawab siswa tanpa bertanya apa lagi melihat buku. Ternyata pre-test bisa menghasilkan respon yang beragam. Beberapa merasa sulit mendeskripsikan "Apa itu uang?" dalam bahasa yang ilmiah. Mereka juga kebingungan ketika diminta menyebutkan jenis-jenis bank dan produk-produk bank. Akhirnya, jawaban yang ditulis tak sedikit yang mengundang tawa.

"Uang adalah sesuatu yang bisa dipakai untuk membeli dan membayar, bu! Yang bisa dipinjamkan juga.." kata seorang siswa nyeletuk, ketika sesi pembahasan. Seluruh kelas tergelak. "Jadi, kalau tidak bisa dipinjamkan, namanya bukan uang?" Kata siswa yang lain nyeletuk iseng.

Setelah menulis se-konyol apapun jawaban mereka, mereka diperbolehkan mengecek jawabannya dengan materi di buku paket.Saya cukup kaget melihat para siswa begitu excited untuk membuka buku dan mencari jawaban, karena mereka didorong dengan rasa ingin tau-dan ingin memverifikasi jawabannya sendiri.

Ternyata, pre-test punya efek yang bagus. Selain membantu siswa berfikir kreatif mengenai pelajaran yang belum pernah disampaikan, pre-test juga membangun rasa ingin tau siswa.

Friday, April 18, 2014

Question Cards Game

Baiklah, saya memang tidak terlalu ahli dalam membuat nama untuk sebuah permainan. "Question Cards Game" adalah nama dadakan yang saya pikirikan, dan iya, namanya memang mainstream. Konsep tentang metode pembelajaran yang satu ini saya pikirkan dalam waktu yang singkat, sekitar 12 jam sebelum mengajar di kelas, saya gelisah mengingat metode untuk mengajar besok belum matang dipersiapkan. Akhirnya, saya terpikir untuk memberikan soal dengan cara yang "berbeda"

Siswa akan sangat tegang apabila mengetahui kegiatan belajar hari ini adalah mengerjakan soal. Mereka seolah paranoid dengan kalimat "Oke, sekarang keluarkan kertas selembar!". Kenapa saya tau mereka paranoid? Karena setiap saya mengatakan hal itu, siswa selalu menarik nafas berat, beberapa memekik tertahan, dan bertanya "Ulangan, bu?". Bahkan pada kertas selembarpun mereka seolah ketakutan. http://eemoticons.net

Akhirnya, saya berinisiatif untuk membuka pelajaran dengan kalimat yang berbeda kali ini, saya mengatakan "Hari ini kita akan bermain kartu!" http://eemoticons.net Kelas langsung ricuh dan beberapa nyeletuk "Remi bu? Gapleh?" "Kok main kartu sih?" "Wah..aku gak bisa kalau remi.." dan celetukan celetukan lainnya. Alhamdulillah, dari mulai pemberitauhan aturan main sampai akhir permainan, semua siswa terlihat antusias.



Jadi.. inilah yang saya persiapkan:

Materials:
- 12 kartu pertanyaan dengan kode
- 12 kartu jawaban dengan kode yang sama dengan kartu pertanyaan
- Meja belajar di kelas diatur agar siswa dapat duduk belingkar
- Stopwatch atau timer untuk memperhatikan waktu

Aturan Main:
  • Siswa diperbolehkan memilih pasangannya, permainan ini dilakukan secara berpasangan
  • Pada setiap babak, siswa diperbolehkan mengambil satu kartu soal dan diberi waktu tujuh menit untuk mengerjakan soal pada buku tulisnya masing-masing. (Lamanya waktu merupakan kesepakatan bersama. Untuk soal hitungan biasanya membutuhkan waktu lama)
  • Setelah waktu habis, siswa harus menyimpan kembali kartunya
  • Setelah menyimpan kartu, siswa diperbolehkan untuk mengecek kebenaran jawabannya dengan cara melihat kartu jawaban
  • Siswa melakukan skoring sesuai dengan petunjuk
  • Siswa dapat 'menyerah' untuk mengerjakan soal, dengan menyimpan kartu soal dan TIDAK mengecek kebenarannya dengan melihat kartu jawaban
Skoring:
- Setiap jawaban benar mendapatkan nilai +3
- Setiap jawaban salah mendapatkan nilai -1
- Setiap soal yang tidak selesai dikerjakan (siswa menyerah dan tidak lihat kartu jawaban), maka nilainya 0

Dengan aturan skoring mandiri, ini juga memberikan pembelajaran bagi siswa untuk berlaku jujur. Mereka menilai sendiri pekerjaan mereka dan dituntut untuk jujur. Sebelumnya, telah disepakati bahwa pasangan yang mendapat nilai terendah harus mendapatkan hukuman. Hukuman tersebut ditentukan oleh pasangan yang nilainya tertinggi. Hukumannyapun harus edukatif, misalnya menjelaskan salah satu soal di depan kelas, dan sebagainya.

Dengan metode ini, seluruh siswa terpaksa untuk aktif. Setidaknya, semua siswa berusaha untuk 'aman' dari skor terendah. Tugas gurupun lebih ringan, hanya memegang waktu dan mengawasi. Inilah yang dinamakan "student centered learning method", metode belajar tipe "berpusat pada anak" memang membutuhkan persiapan yang matang dari guru.



Saturday, March 22, 2014

Intermezzo Time!

Minggu pertama di bulan Maret ini menjadi minggu yang (cukup) menegangkan bagi para siswa. Karena, hampir seluruh sekolah menengah atas mengadakan UTS (Ujian Tidak Serius- :p ) Itu berarti, minggu kedua disediakan untuk pekan remedial, yaitu pekan perbaikan nilai bagi mereka yang nilainya belum bisa memenuhi KKM.

Sebenarnya, yang merasa horor di minggu-minggu UTS bukan hanya siswa, loh. Guru-pun ikut merasa 'horor'. Pasalnya, seminggu sebelum UTS guru harus mempersiapkan soal. Tidak sembarangan tentunya, harus dengan perhitungan, analisis pencapaian indikator, tingkat kesulitan, dan lain sebagainya. Pada minggu UTS, guru harus mengawas, memastikan tidak ada praktek "korupsi" pada saat ujian. Lalu, setelah UTS selesai, guru harus langsung memeriksa dan memberi skor. Menentukan siswa mana yang perlu perbaikan dan mana yang tidak perlu.

So, everybody seems to be stressed on those two weeks. Siswa stress dengan ujian dan nervous menunggu hasilnya, guru sudah cukup lengkap stressnya mulai dari mempersiapkan sampai skoring. Belum lagi, beberapa siasat harus dilakoni guru ketika memasuki minggu setel;ah UTS; menghadapi kelas yang terbagi dua, mereka yang perlu perbaikan dan mereka yang tidak.

Untungnya, di saat yang cukup stressful ini, saya ingat seorang guru pernah mengadakan permainan yang sampai sekarang sangat berkenan ketika saya masih duduk di sekolah menengah. Saya pribadi nggak tau nama permainan ini sebenarnya apa; Backwriter? Self Assesment? Testimoni-time? Back-comment? Saya ngakak sendiri dengan nama-nama aneh yang saya coba buat. :p

Yap! Begini. :))

Jadi, ketika sebagian siswa harus duduk mengerjakan soal remedial, sebagian yang lain diperbolehkan ikut bermain. Peraturannya gampang, setiap orang harus punya selembar ketas putih yang ditempel di punggungnya, dan semua yang ikut akan berkewajiban mengisi testimoni--saran, kritik, baik yang positif maupun yang negatif. Maka, setiap orang akan bergiliran menulisi dan ditulisi punggungnya oleh semua teman-temannya.

Ada beberapa peraturan yang harus diperhatikan dalam permainan ini, yaitu:
  • Setiap orang harus menulisi dan ditulisi kertas dipunggungnya, baik kritik positif maupun negatif
  • Penulisan dilakukan secara anonim
  • Kritik yang negatif harus disampaikan dengan cara yang baik, tidak menggunakan kata-kata kasar yang mungkin menyinggung hati
  • Usahakan menulis kritik yang membangun, bukankritik yang berpotensi bullying
  • Hati-hati bagi anak laki-laki yang akan menulis di punggung teman perempuannya, harus minta izin dulu. Kalau teman perempuannya risih, kertas boleh dicabut sementara untuk ditulisi, baru kemudian dipasang lagi di punggung teman tersebut. 
You aren't allowed to TALK behind my back, but you allowed to WRITE there :"
Di menit-menit terakhir, siswa diperbolehkan kembali ke tempat duduk untuk kemudian membaca kertasnya masing-masing. Sebagian besar cekikikan, sebagian yang lain penasaran siapa yang menuliskannya, sebagian penasaran dengan kertas temannya yang lain.

Fungsi dari permainan ini adalah penilaian diri sendiri. Terkadang, kita berlaku dan bertingkah tanpa peduli apa yang dirasakan oleh orang lain. Dan terkadang, teman kita memiliki pendapat yang (sebenarnya) baik untuk mengbah sisi negatif kita, namun tidak sempat membicarakannya secara langsung. Maka, dengan permainan inilah semuanya bisa dilakukan! http://eemoticons.net

Thursday, February 20, 2014

Learning Sources are Everywhere!

Memasuki semester genap, materi yang termuat di pelajaran ekonomi tak hanya mengenai teori. Pada semester genap, siswa mulai diajak untuk mengetahui bahwa semua hal yang terjadi di sekitar mereka tidak akan lepas dari teori ekonomi yang termuat di buku mereka. sayangnya, tidak semua siswa ngeh bahwa apa yang dipelajari mereka sekarang tidak jauh dengan apa yang diberitakan reporter cantik di layar televisinya, mungkin karena mereka mampir ke chanel berita hanya beberapa menit.

Oleh karena itu, akhir-akhir ini saya 'memaksa' mereka untuk melihat dunia di sekitarnya dan meminta mereka menghubungkan dengan teori di buku teks mereka. Seperti beberapa minggu lalu, saya meminjam setumpuk koran langganan sekolah dan membawanya ke kelas. Koran bukan hal yang asing, sebenarnya. Tapi baru saat itulah mereka menemukan bahwa kejadian-kejadian ekonomi yang hanya mereka khayalkan di kelas, juga benar-benar terjadi pada negrinya. Seperti inflasi, kemiskinan, pemerataan pendapatan, dan lain sebagainya.





Koran hanya salah satu media untuk menunjukkan pada siswa bahwa apa yang mereka pelajari itu penting. (Mengingat beberapa siswa malas sekolah karena merasa apa yang dipelajari di sekolah itu tidak penting) Dan selain koran, tentu sangat banyak media yang dapat digunakan untuk melengkapi pembelajaran. Terlebih sains.salah satu rekan guru yang mengajar Biologi bahkan menyimpan roti yang sudah berjamur di laci mejanya, "untuk penelitian", katanya.

Minggu depan, saya menugaskan para siswa untuk observasi langsung pada pedagang kaki lima sebagai media (sekaligus metode) pembelajaran kewirausahaan, yaitu menghitung titik balik modal (Break even Point). It gonna be fun! Yap. Sebenarnya, tidak ada alasan untuk malas belajar atau mengajar. Because learning sources are everywhere!

Thursday, October 3, 2013

Whiteboard-Managing

It is important for every teacher to apply this; whiteboard managing skills. It isn't told in university how to write properly in your whiteboard. Fortunately, I've got this tips from informal learning institution.
  1. Divide your whiteboard into three writing area.
  2. Don't forget to write the title! Students usually forget what they're studying if they have no clue which chapter is it.
  3. Use more than one color markers. Colors makes your right brain working too, and it will help your students who have visual-style in learning
  4. Don't write too much and too long narrative. Use bullets and numbering.
  5. Mind maps will give many help
  6. Don't write too small. Always check are the students in the back line can read it or not. Or, you can check it by yourself; try to have your students' view.

Masih berantakan. Hehe

Thursday, September 26, 2013

Circular Flow Diagram

Last week, i try to explain about circular flow diagrams. In economic, it is a diagram that show us the connection between producers and consumers.
It will be easy if I use power point; i can show the visual picture and explain it easily. But, my creativity was tested again while there wasn't any infocus yet in my school.

So, this what I've done:
Using printed visual picture, redraw the diagrams, and voila! I can explain well and Alhamdulillah, the students understand my explanation.


Jadi, jangan bairkan keterbatasan membatasi semangat mengajarmu ya? http://eemoticons.net 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...